Produk PT Utomodeck Ikut Digunakan di Jembatan Holtekamp
utomodeck.com – Pembangunan Jembatan Holtekamp saat ini sudah memasuki tahap akhir. Jembatan yang membentang di atas Teluk Youtefa, Jayapura, Papua, yang proses pembangunannya dimulai Juli 2015 diperkirakan rampung akhir 2018.
Seluruh pekerjaannya dilakukan oleh putra bangsa dari konsorsium sejumlah BUMN dan perusahaan swasta. Dikomandoi oleh Kementerian PUPR serta didukung Kementerian BUMN. Floordeck produk PT Utomodeck Metal Works ikut digunakan dalam pembangunan jembatan dengan metode pembuatan serta konstruksi yang canggih itu.
Jembatan Holtekamp merupakan salah satu karya nyata empat tahun perjalanan pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla. Bukan saja bakal menjadi ikon baru bagi Jayapura sebagai Ibukota Provinsi Papua. Tapi sekaligus sebagai kebanggan Indonesia karena merupakan An Indonesian Contruction Masterpiece.
Jembatan Holtekamp memang unik. Teknologi pembuatannya rumit. Dikerjakan di dua lokasi. Di lokasi proyek, yakni Teluk Youtefa, disiapkan fondasi jembatan. Sedangkan rangkaian jembatan utama atau Center Span yang terbuat dari baja dengan lengkung berwarna merah dilakukan di PT PAL Surabaya.
Metode pengerjaan di dua lokasi yang berbeda ini adalah yang pertama di Indonesia. Semula akan dibangun dengan teknik Cablestay. Namun karena berbagai pertimbangan diubah menjadi konstruksi baja dengan metode pengerjaan yang terpisah. Selain keterbatasan lahan tempat kerja dan keterbatasan peralatan pada pelaksanaannya, juga karena kawasan Papua, termasuk lokasi proyek, dikenal rawan gempa. Ini akan mengganggu proses pembuatan rangkaian jembatan sehingga diperlukan konstruksi jembatan yang kuat, yakni baja.
Dua rangkaian bentang Center Span yang telah selesai dibuat di PT PAL Surabaya diangkut dengan kapal ke Jayapura. Bentang pertama dikirim pada 3 Desember 2017, dan tiba di Jayapura pada 21 Desember 2017. Sedangkan bentang kedua dikirim pada 17 Desember 2017 dan tiba pada 2 Januari 2018. Perjalanan kapal pengangkut menempuh jarak sejauh 3.200 kilometer. Tentu dengan berbagai tantangan. Selain beratnya bentangan yang harus diangkut dengan total lebih dari 2.000 ton, juga cuaca selama pelayaran dari Selat Madura hingga Jayapura.
Metode pemasangan rangkaian bentang utama, yang mulai dilakukan pada Pebruari 2018, juga tergolong rumit. Bentangan Center Span yang berat itu diangkat dengan teknologi lifting untuk direkatkan pada penyangganya. Metode kerjanya tersebut juga harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan Komite Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan serta Komisi Keselamatan Konstruksi. Sebab proses lifting dilakukan justru pada saat masih diberlakukannya moratorium pekerjaan konstruksi yang bersifat layang dan beresiko tinggi pasca terjadinya beberapa peristiwa kegagalan atau kelalaian konstruksi pada pekerjaan di sejumlah jalan layang di Indonesia.
Namun semua tantangan itu bisa dilalui. Jembatan Holtekamp dengan panjang keseluruhan 732 meter itu segera bisa diwujudkan. Jembatan terdiri dari dua bentang utama atau Center Span 400 meter, serta 332 meter yang merupakan jembatan pendekat. Masing-masing 33 meter dari arah Hamadi dan 299 meter dari arah Holtekamp. Lebar jembatan 17 meter (masing-masing lajur 7 meter, tepian jalan masing-masing 2 meter, serta median jalan).
Manfaat Jembatan Holtekamp pun sungguh besar bagi Papua maupun Indonesia. Pada tahun 2020 mendatang Papua menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON). Diperlukan infrastruktur pendukung serta akes jalan yang memadai. Sedangkan lahan di Kota Jayapura semakin sempit. Selain itu akan membuka potensi daerah, termasuk potensi wisata, yang selama ini belum tersentuh.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, pembangunan Jembatan Holtekamp karena dibutuhkan pengembangan baru menuju Distrik Muara Tami lantaran Kota Jayapura yang semakin padat. Tapi pembangunan Distrik Muara Tami sulit dilakukan karena secara geografis terpisah oleh Teluk Youtefa.
Maka dengan adanya Jembatan Holtekamp, jarak maupun waktu tempuh perjalanan dari Kota Jayapura ke Muara Tami, yang semula 50 kilometer –karena harus memutar teluk, diperpendek menjadi 33 kilometer. Waktu tempuh yang sebelumnya 2,5 jam dipersingkat menjadi 1 jam.
Jembatan Holtekamp juga mempermudah akses menunju wilayah perbatasan dengan negara Pupua Nugini, yakni melalui pintu perbatan negara di Skow. Ini berarti semakin memudahkan hubungan kedua negara, termasuk dalam bidang ekonomi. Apalagi Jembatan Holtekamp merupakan bagian dari proyek pembangunan jalan Trans Papua sejauh lebih dari 4.000 kilemeter.
Ihwal digencarkannya pembangunan di Papua, menurut Presiden Jokowi, didasari keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Papua adalah bagian dari Indonesia. Potensi Papua harus dibuka. Itu sebabnya infrastruktur pendukungnya harus dibangun. Termasuk Jembatan Holtekamp.
“Tugas yang besar dan menantang. Tapi keadilan sosial adalah sebuah panggilan, sebuah kewajiban yang harus dihadirkan negara. Papua adalah Indonesia. Singsingkan lengan baju karena kita adalah saudara. Matahari selalu terbut dari timur, dan Papua adalah cahaya bagi Indonesia,” ujar Presiden Jokowi saat meninjau pembangunan Jembatan Holtekamp.
Sumber: kompas.com, detik.com, Kementrian PUPR, data PT Utomodeck.
Comment (1)
Mantap…Luar biasa