Menlu Jepang Tinjau Proyek MRT, Pemasangan Atap Utomodeck Dua Stasiun Hampir Rampung
Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono melakukan pertemuan dengan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, pada Senin, 25 Juni 2018. Ini merupakan rangkaian kunjungan resmi Kono di Jakarta yang diagendakan berlangsung pada 24-26 Juni 2018 dalam rangka peringatan 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Jepang, yang dimulai sejak penandatanganan Perjanjian Perdamaian Jepang-Indonesia pada 20 Januari 1958.
Bagi Kono, kunjungan yang pertama di Indonesia sejak dia diangkat menjadi Menteri Luar Negeri Jepang pada Agustus 2017, dimanfaatkan juga untuk meninjau pelaksanaan proyek Mass Rapid Transit Jakarta (MRT Jakarta) atau Moda Raya Terpadu atau Angkutan Cepat Terpadu Jakarta. Proyek MRT dibiayai bersama oleh Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang.
Kono meninjau langsung perkembangan proyek MRT di Stasiun Bundaran HI, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (25/6/2018). Dia didampingi oleh Direktur Utama PT MRT William Sabandar.
William mengatakan Menlu Jepang itu senang mengetahui proyek MRT sudah hampir selesai. “Secara umum tadi beliau melihat dari dekat, langsung perkembangan kemajuan proyek MRT. Beliau sangat senang. Beliau melihat bahwa proyek ini sudah hampir selesai,” ujar William, seperti dikutip TRIBUNJAKARTA.COM.
“Secara umum beliau mengapresiasi apa yang sudah dicapai dan menyatakan gembira dengan kemajuan yang dicapai oleh MRT Jakarta sampai dengan saat ini,” kata William, seperti dikutip Warta Kota.
MRT dengan rute Lebak Bulus-Bundaran HI merupakan fase pertama yang saat ini pembangunannya sudah mencapai 94,6 persen. Sedangkan nantinya akan ada MRT fase kedua dengan rute Bundaran HI-Kampung Bandan. Menlu Jepang sempat menanyakan kapan akan dimulai proyek MRT fase kedua. “Kemudian juga beliau (Menlu Jepang) menanyakan tentang persiapan fase dua dan saya juga menyampaikan bahwa kita sedang bersiap-siap melaksanakan fase yang kedua. Mulai dari Bundaran HI ke Kampung Bandan,” kata William.
PT Utomodeck Metal Works ikut berperan dalam proyek infrastruktur berskala nasional itu. Spesialis produsen atap baja ringan tanpa sambungan itu mendapat kepercayaan mengerjakan pemasangan atap beserta aksesorisnya pada tiga stasiun MRT, yakni Stasiun Lebak Bulus, Stasiun Cipete Raya, dan Stasiun Fatmawati.
Pekerjaan dimulai di Stasiun Lebak Bulus awal Pebruari 2018. Pada bangunan Stasiun Lebak Bulus, luas atap dan plafon masing-masing 4.174,30 meter persegi. Sedangkan atap dan insulasi pada Platform Level dan Entrance Stasiun Lebak Bulus masing-masing 2.140,51 meter persegi. Hingga saat ini pekerjaan sudah mencapai 93 persen. Diperkirakan rampung sebulan lagi.
Pekerjaan di Stasiun Cipete Raya hingga saat ini sudah mencapai 70 persen. Total luas atap dan plafon masing-masing 4.174,37 meter persegi. Masih ditambah atap pada jalan masuk (Entrance) 1, 2, 3 dan 4, seluas 542,49 meter persegi. Diperkirakan bisa dirampungkan dalam dua setengah bulan lagi. Adapun di Stasiun Fatmawati, dilakukan setelah seluruh pengerjaan di Stasiun Lebak Bulus dan Stasiun Cipete Raya rampung seluruhnya.
PT Utomodeck menggunakan salah satu jenis atap terbaiknya untuk tiga stasiun yang dikerjakannya, yakni U-650. Sistem pemasangan atap ini tanpa menggunakan baut sehingga tidak melukai atap sama sekali dan mampu mengurangi resiko kebocoran pada overlap. Teknologi seaming pada overlap antar lembarannya yang menjadi keunggulannya sehingga tidak memerlukan baut.
Tinggi gelombang 100 milimeter menjadikan atap U-650 sangat efektif diaplikasikan pada bangunan dengan derajat kemiringan atap kecil, sampai 2 derajat. Atap dengan gelombang yang tinggi dapat mengalirkan genangan air hujan dengan lebih efektif. Atap U-650 dapat diaplikasikan untuk bangunan dengan bentang sangat lebar. Panjang atap ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan dapat diproduksi tanpa sambungan. Jarak gording pada sistem rangka dapat mencapai tiga meter sehingga menghemat biaya konstruksi.
Pekerjaan yang dilakukan PT Utomodeck pada tiga stasiun itu tidak hanya pemasangan atap beserta kelengkapannya, seperti talang. Tapi juga pemasangan ceiling atau plafon, cladding atau dinding. Masih pula dilengkapi insulasi, yakni material yang tidak saja berguna untuk efisiensi energi, tapi juga demi kenyamanan dari kebisingan.
PT Utomodeck juga menerapkan prinsip Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi para pekerjanya, yakni menggunakan perangkat peralatan Fall Protection System (FPS), yang merupakan sistem pengaman bagi para pekerja yang bekerja pada posisi yang tinggi agar tidak jatuh. FPS belum banyak dikenal di dunia konstruksi Indonesia. Tapi PT Utomodeck sudah mengaplikasikannya di Bandara Ngurah Rai, Bali, serta Kertajati, Majalengka, Jawa Barat.
Sumber: Data Utomodeck, tempo.co, Warta Kota, Tribun News.
Baca juga berita: PT Utomodeck Terus Dipercaya Berkontribusi Dalam Proyek Infrastruktur Nasional.
Leave a Reply