News

Produk Utomodeck Merambah Hingga Timor Leste

Konsep Bandara Oecusse Timor Leste

Produk-produk PT Utomodeck Metal Works tidak hanya mendapat kepercayaan untuk digunakan pada berbagai proyek di dalam negeri. Oecusse Aeroporto Internazionale atau Oecusse International Airport yang saat ini sedang dalam proses pembangunan, juga menggunakan atap serta plafon karya PT Utomodeck. Pemerintah Timor Leste memang sedang merevitalisasi sejumlah bandara di wilayahnya menjadi bertaraf internasional. Termasuk Oecusse International Airport. Peletakan batu pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan bandara dilakukan Maret 2015.

“Proyek Bandara Internasional di Oecusse merupakan wujud dari Pemerintah Timor Leste dalam membangun Zona Ekonomi Esklusif. Oecusse akan menjadi wilayah entertainment dan juga implementasi model baru dalam pembangunan sosial ekonomi di dunia,” demikian disampaikan Menteri Pekerjaan Umum, Transportasi dan Komunikasi Timor Leste Gastão Fransisco de Sousa, dalam keterangan pers kepada ANTARA News, Jumat, 20 Maret 2015.

Sebelumnya Oecusse hanya memiliki bandara perintis yang sederhana dengan landasan pacu tanah berumput sepanjang 1,5 kilometer. Saat ini selain mengubah landasan pacu dengan panjang 2,5 kilometer yang sesuai dengan persyaratan sebagai bandara internasional, gedung bandara juga dibangun dengan arsitektur modern. Dibangun dua lantai, yang dilengkapi tiga garbarata atau belalai, fasilitas bagi penumpang memasuki pesawat udara. Ruang tunggu yang nyaman. Perangkat keamanan serta navigasi juga dilakukan modernisasi. Seluruh pembangunan bakal menghabiskan anggaran US$92 juta setara dengan Rp 1,2 triliun. Sesuai rencana, seluruh pembangunan akan rampung dalam waktu dalam 690 hari kalender kerja.

PT Utomodeck mendapat kepercayaan untuk ikut berkontribusi dalam pembangunan Oecusse International Airport, yakni memproduksi dan memasang atap untuk memperindah mahkota bandara yang terletak di Pante Maccasar itu. Seluruh atap berwarna hijau pupus. Serasi dengan warna utama gedung bandar udara yang berwarna krem. Demi mempercepat proses pengerjaan, PT Utomodeck menerapkan metode Roll on Site. yakni proses penyiapan dan pembentukan gelombang atap dilakukan di lokasi proyek. Perangkat mesin produksi yang dibutuhkan diboyong ke Oecusse. Atap yang dipasang tanpa sambungan.

Pemasangan atap menggunakan teknik Double Roofing. Bagian luar (Outer) dengan atap jenis UTOMOZIP. Ini merupakan salah satu atap unggulan PT Utomodeck. Pemasangannya tanpa menggunakan baut atau Boltless System tipe Standing Seam yang dapat diaplikasikan untuk desain lengkung dan mengerucut. Sistem atap ini dapat menjadi alternatif solusi dan desain bagi para arsitek dan perencana untuk mendesain mahkota bangunan masa kini yang modern, unik dan estetik. Menggunakan teknologi seaming pada overlap antar lembarannya. Tidak ada resiko kebocoran karena tidak ada pelubangan atap.

Adapun bagian dalam (Inner) menggunakan atap jenis U-960. Ini merupakan salah satu jenis atap dengan baut dengan lebar efektif  960 mm. Lebar efektif yang hampir mencapai satu meter membuat proses pemasangannya lebih cepat. Memiliki karakteristik overlap antar lembaran yang saling mengunci sehingga tidak menimbulkan celah. Total luas atap Oecusse International Airport yang dikerjakan PT Utomodeck 7.840 meter persegi. Antara Outer dan Inner dilengkapi insulasi, yakni perangkat pelapis yang berfungsi meminimalisir suhu panas maupun kebisingan, yakni berupa glasswool, roofmesh, aluminium foil. Selain atap, PT. Utomodeck juga memasang Ceiling atau plafon pada bagian luar dengan luas 1.600 meter persegi.

Pada masa integrasi dengan Indonesia, Oecusse atau yang lebih dikenal dengan sebutan Oekusi merupakan Ibu Kota Kabupaten Ambena. Saat kembali ke pangkuan Negara Timor Leste, Oecusse menjadi salah satu dari 12 distrik yang ada di Timor Leste, yang dalam perencanaan pembangunannya akan dijadikan salah satu pusat pertumbuhan ekonomi yang penting bagi Negara Timor Leste, yakni sebagai Zona Ekonomi Khusus. Memiliki berbagai potensi, termasuk potensi wisata yang sudah dikenal secara luas secara internasional. Itu sebabnya Pemerintah Timor Leste membuka berbagai infrastruktur sebagai akses menuju Aoecusse, yang selama ini ini paling terisolir dibandingkan distrik lainnya.

Oecusse yang merupakan wilayah seluas 815 kilometer persegi itu tergolong unik. Distrik ini berada di daerah kantong wilayah Indonesia sehingga dikenal sebagai wilayah enclave, yang juga merupakan salah satu wilayah enclave yang ada di dunia. Berbatasan langsung dengan tiga kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur, yakni Kabupaten Kupang, Timor Tengah Utara dan Kabupaten Belu.

Keberadaan Oecusse juga memiliki nilai historis yang tak kalah menarik. Salah satu daerah di Oecusse, yakni Lifau, merupakan tempat pertama pendaratan dan pemukiman orang Portugis, yang kemudian menjadi warga mayoritas di Timor Leste. Itu sebabnya Oecusse dikecualikan dalam perjanjian pembagian wilayah kekuasaan Kononil Belanda di Pulau Timor pada 1916. Atas dasar itulah Pemerintah Timor Leste memberikan perhatian yang khusus terhadap pembangunan di Distrik Oecusse agar tidak tertinggal dibandingkan distrik lainnya. Oecusse International Airport akan melengkapi fasilitas transportasi yang ada, yakni Pelabuhan Iwao Kitahara, sebagai penghubung lalu lintas masyarakat Timor Leste Bagian Barat dan Timor Leste Bagian Timur. Oecusse yang berjarak 281 kilometer dari Kota Dili itu tidak lagi menjadi daerah yang terisolir.

Sumber: Kantor Berita Antara, Laporan Riset Oxfam Australia dan Globalism Institute, RMIT University, Melbourne.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *